Memahami Makna Idul Adha
Mengembalikan Jati Diri Bangsa, bulan ini merupakan moment yang sangat tepat untuk Mengembalikan Jati Diri Bangsa ini yang masih terpuruk, bulan bersejarah bagi umat Islam. Pasalnya, di bulan ini kaum muslimin dari berbagai belahan dunia melaksanakan rukun Islam yang kelima, yaitu ibadah haji. Ibadah haji merupakan ritual ibadah yang mengajarkan persamaan di antara sesama. Dengan ibadah Haji, Islam tampak sebagai agama yang tidak mengenal status sosial. Kaya, miskin, pejabat, rakyat, kulit hitam ataupun kulit putih semua memakai pakaian yang sama. Bersama-sama melakukan aktivitas yang sama pula yakni manasik haji.
Haji merupakan suatu lambang dari puncak ketangguhan pribadi dan puncak ketangguhan sosial. Haji adalah sublimasi dari sholat dan keseluruhan rukun Iman. Haji merupakan lambang perwujudan akhir dari Rukun Islam.
Haji merupakan suatu langkah penyelarasan nyata antara alam pikiran dengan praktek. Haji adalah suatu simbul praktek yang sempurna, transformasi dari suatu pikiran ideal (fitrah) ke alam nyata secara sempurna. Haji adalah keselarasan antara Iman dan Islam. Secara prinsip Haji merupakan suatu konsep berfikir yang berpusat hanya kepada Allah, yang akan menumbuhkan kesadaran diri (self awareness), hakekat diri, jati diri.
Secara sosial haji merupakan simbol kolaborasi tertinggi yaitu pertemuan pada skala tertinggi di mana umat Islam sedunia melaksanakan langkah yang sama dengan landasan prinsip yang sama pula.
Haji merupakan simbol dari siklus kehidupan manusia (life cycle), diawali dangan kelahiran yang fitrah dan diakhiri dengan kematian yang fitrah pula plus pertanggungjawaban semasa menjalankan misi Tuhan sebagai Rahmatan Lil ‘alamin.
Selain ibadah haji, pada bulan ini umat Islam merayakan hari raya Idul Adha. Lantunan takbir diiringi tabuhan bedug menggema menambah semaraknya hari raya. Suara takbir bersahut-sahutan mengajak kita untuk sejenak melakukan refleksi bahwa tidak ada yang agung, tidak ada yang layak untuk disembah kecuali Allah, Tuhan semesta alam.
Peristiwa ini memberikan kesan yang mendalam bagi kita. Betapa tidak. Nabi Ibrahim yang telah menunggu kehadiran buah hati selama bertahun-tahun ternyata diuji Tuhan untuk menyembelih putranya sendiri. Nabi Ibrahim dituntut untuk memilih antara melaksanakan perintah Tuhan atau mempertahankan buah hati dengan konsekuensi tidak mengindahkan perintahNya. Sebuah pilihan yang cukup dilematis. Namun karena didasari ketakwaan yang kuat, perintah Tuhanpun dilaksanakan. Dan pada akhirnya, Nabi Ismail tidak jadi disembelih dengan digantikan seekor domba.
Kisah tersebut merupakan potret puncak kepatuhan seorang hamba kepada Tuhannya. Nabi Ibrahim mencintai Allah melebihi segalanya, termasuk darah dagingnya sendiri. Kecintaan Nabi Ibrahim terhadap putra kesayangannya tidak menghalangi ketaatan kepada Tuhan. Model ketakwaan Nabi Ibrahim ini patut untuk kita teladani dalam rangka mengembalikan jati diri bangsa ini yang masih terpuruk.
Momen ini mari kita jadikan sebagai muhasabah terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di negeri ini. Dari berbagai media, kita bisa melihat betapa budaya korupsi masih merajalela di negeri tercinta ini. Kasus suap, sogok menyogok, “markus” atau makelar kasus masih mewarnai negeri ini. Demi menumpuk kekayaan mereka rela menanggalkan “baju” ketakwaan. Ambisi untuk meraih jabatan telah memaksa untuk rela menjebol ”benteng-benteng” agama. Dewasa ini, tata kehidupan telah banyak yang menyimpang dari nilai-nilai ketuhanan. Dengan semangat Idul Adha, mari kita teladani sosok Nabi Ibrahim. Berusaha memaksimalkan rasa patuh dan taat terhadap ajaran agama.
Di hari Idul Adha, bagi umat Islam yang mampu dianjurkan untuk menyembelih binatang kurban. Pada dasarnya penyembelihan binatang kurban ini mengandung dua nilai yakni kesalehan ritual dan kesalehan sosial. Kesalehan ritual berarti dengan berqurban, kita telah melaksanakan perintah Tuhan yang bersifat transedental. Kurban dikatakan sebagai kesalehan sosial karena selain sebagai ritual keagamaan, kurban juga mempunyai dimensi kemanusiaan.
Bentuk solidaritas kemanusiaan ini termanifestasikan secara jelas dalam pembagian daging kurban. Perintah berkurban bagi yang mampu ini menunjukkan bahwa kita harus senantiasa respek dan peduli terhadap fakir-miskin dan kaum dhu’afa lainnya. Dengan disyari’atkannya kurban, kita dilatih untuk mempertebal rasa kemanusiaan, mengasah kepekaan terhadap masalah-masalah sosial, mengajarkan sikap saling menyayangi terhadap sesama.
Mungkin kita sering khilaf berlomba meningkatkan kualitas kesalehan ritual tanpa diimbangi dengan kesalehan sosial. Mungkin kita rajin shalat, puasa bahkan mampu ibadah haji berkali-kali, namun tidak peduli dengan masyarakat sekitarnya. Mudah-mudahan kita bisa mengambil momentum ini untuk meningkatkan dua kesalehan sekaligus yakni kesalehan ritual dan kesalehan sosial dalam rangka untuk Mengembalikan Jati Diri Bangsa. Dengan senantiasa mengagungkan asma Allah, dengan senantiasa berdzikir.
Semoga kita mampu menanggalkan atribut-atribut artificial yang kita sandang. Yakni kita benar-benar telah bebas dari keinginan-keinginan pribadi. Semua tindakan kita didasarkan pada prinsip lillahi ta’ala (hanya karena Allah ). Pada stadium inilah keikhlasan dan ihsan itu berada. Pada saat itu kita akan menemukan kesadaran akan nilai-nilai ilahiyah dan kemanusiaannya. Seperti memiliki kelembutan hati, kehalusan budi pekerti (akhlak), keadilan, keberanian, kasih sayang, kejujuran, amanah, kedermawanan, keikhlasan, dan ketaatan untuk mencapai ridho Allah SWT. Kemudian hidup ini akan senantiasa sibuk memperbaiki diri dan dibarengi dengan amal shaleh.
Semoga kita bisa senantiasa menundukkan kepala dan jiwa kita di hadapan Allah Yang Maha Besar. Bisa mencampakkan jauh-jauh sifat keangkuhan dan kecongkaan yang dapat menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. Apapun kebesaran yang kita sandang, kita kecil di hadapan Allah. Betapa pun perkasa, kita lemah dihadapan Allah Yang Maha Kuat. Betapapun hebatnya kekuasaan dan pengaruh kita, kita tidak berdaya dalam genggaman Allah Yang Maha Kuasa atas segala-galanya.
Semoga dengan muhasabah ini dalam rangka memperingati Idul Adha akan menggugah kesadaran kita untuk senantiasa rela berkorban untuk negeri kita tercinta yang tidak pernah luput dirundung kesusahan.
Dalam kondisi seperti ini sebenarnya kita banyak berharap dan mendoakan mudah-mudahan para pemimpin kita, elit-elit kita, dalam berjuang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompoknya, tapi untuk kepentingan bangsa dan negara. Pengorbanan untuk kepentingan orang banyak tidaklah mudah, berjuang dalam rangka mensejahterahkan umat memang memerlukan keterlibatan semua pihak. Hanya orang-orang bertaqwalah yang sanggup melaksanakannya.
Mudah-mudahan perayaan Idul Adha kali ini, mampu menggugah kita untuk rela berkorban demi kepentingan agama, bangsa dan negara, amiin ya robbal alamin.
Selamat berhari raya !!!
selamat idul adha ya wie…artikelnya bagus…wis koyo pak ustadz tenan…salam buat rini dan sikembar…
Reply
KangBoed Reply:12-12-2009 at 20:36
@evi, sama sama
Reply
RAIHLAH “JATI DIRI MANUSIA”.. untuk
MENGEMBALIKAN JATI DIRI BANGSA INDONESIA
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabatku terchayaaaaaank
I Love U fuuullllllllllllllllllllllllllllllllllll
Reply
KangBoed Reply:12-12-2009 at 20:37
@KangBoed, RAIHLAH “JATI DIRI MANUSIA”.. untuk
MENGEMBALIKAN JATI DIRI BANGSA INDONESIA
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabatku terchayaaaaaank
I Love U fuuulllllllllllllllllllllllllllllllllllll
Reply
KangBoed Reply:12-12-2009 at 20:38
@KangBoed, RAIHLAH “JATI DIRI MANUSIA”.. untuk
MENGEMBALIKAN JATI DIRI BANGSA INDONESIA
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabatku terchayaaaaaank
I Love U fuuullllllllllllllllllllllllllllllllllllll
Reply
KangBoed Reply:12-12-2009 at 20:38
@KangBoed, RAIHLAH “JATI DIRI MANUSIA”.. untuk
MENGEMBALIKAN JATI DIRI BANGSA INDONESIA
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabatku terchayaaaaaank
I Love U fuuullllllllllllllllllllllllllllllllllllllll
Reply
potong sapinya… potong sapinya sekarang juga… (he..he..) belum waktunya ya…
Reply
Secara harfiyah, qurban berasal dari kata qarraba yuqarribu, yang bermakna “mendekatkan”. Makna “mendekatkan” dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan melaksanakan segala syariat dan perintah-Nya, dan dengan mendekatkan diri kepada sesama manusia terkhusus lagi kepada mereka yang sengsara.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:42
Berbeda dengan ritual persembahan pada agama lain, dalam Islam daging qurban bukanlah untuk Tuhan. Allah SWT tidak makan dan minum. Daging qurban, sebagian dinikmati oleh pelaku qurban, dan sebagian besar lainnya ditujukan untuk fakir miskin. Tidak sekerat daging pun diberikan kepada Tuhan YME.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:43
Bahwa hari Idul Adha adalah peringatan saat Nabi Ibrahim mengorbankan Nabi Ismail sudah kiranya kita semua tau.
Bahwa hari Idul Adha adalah saat dimana saudara-saudara kita di Mekkah sedang menunaikan ibadah haji sudah pula kiranya kita juga mengerti.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:43
Tapi, apakah kita sudah kembali merenung untuk mengerti dan tau makna di dalam Idul Adha.
Bahwa ibadah Idul Adha bukan hanya puasa sunnah, shalat Ied, dan menyembelih sapi/ kambing saja.
Bahwa sebuah ibadah Idul Adha bukan hanya sebuah ibadah ritual tanpa makna dan arti.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:43
Ibadah selalu mempunyai sisi multi dimensi, selain berpasrah diri kepada Allah, sehendaknya pula kita selalu membantu sesama manusia.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:43
Alangkah egoisnya kita apabila kita bersibuk sendiri berusaha meraih akherat yang baik, terlepas apakah itu surga atau neraka yang kita tuju, itu semua adalah hak Allah yang memutuskan.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:44
Apalah arti kita sebagai khalifah di dunia, apabila kita tidak sedikitpun ikut peduli dengan dunia, dengan lingkungan sekitar kita, dengan sesama manusia.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:45
Apakah dengan membeli kambing/ sapi kemudian gugur sudah kewajiban kita?
Apakah ibadah hanya tentang menggugurkan kewajiban?
Apakah dengan telah menggugurkan kewajiban berarti kita lebih hebat dengan yang lain?
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:46
Well, it’s all up to u to answer …
One thing for sure, it’s been my journey to always seek some answer and understanding.
Untuk mengerti dan semakin memahami apakah arti sebuah ibadah selain dari sebuah upaya pencarian pahala dan penghapusan kewajiban.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:46
Lalu, bagaimana menghayati makna Idul Qurban dalam kehidupan kita?
Menjadikan Allah SWT sebagai tujuan awal dan akhir kita, serta mewujudkan rasa taqwa, cinta dan kasih itu ke dalam kehidupan nyata, kepada alam semesta dan sesama manusia, dapat menjadi perwujudan nyata dari karakter yang dibangun oleh semangat dan jiwa qurban ini.
Reply
Makna dari Iduladha perlu menjadi teladan bagi umat Islam sekarang karena ada unsur keihlasan dan kesabaran yang dapat dijadikan sebagai bekal untuk mengarungi kehidupan yang penuh gangguan dan tantangan.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:47
umat Islam lebih banyak dibelenggu dengan urusan keduniawian sehingga seakan-akan mereka meninggalkan dan melupakan Alquran yang berisi petunjuk bagi umat manusia baik di dunia maupun akhirat.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:09
Hikmah penting yang mendasar yang dapat kita petik dari Idul Kurban ini, diantaranya adalah Pendekatan diri atau taqarrub kepada Allah SWT atas segala kenikmatan yang telah dilimpahkan-Nya yang jumlahnya demikian banyak, sehingga tak seorangpun dapat menghitungnya.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:47
sekarang banyak umat Islam yang menyimpang dari ajaran Alquran dengan memunculkan aliran sesat, yang sebenarnya bisa dimaknai sebagai kritik kepada Islam.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:09
Momentum menyambungkan tali silaturahmi, melatih kepekaan, empati, dan mengikis kebencian di hati. Saling ikhlas dalam memberi dan menerima nikmat Allah SWT.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:48
Mengingat perintah Allah kepada Nabi Ibrahim itu, umat Islam sudah seharusnya merunut sejarah tersebut dengan melakukan pula penyembelihan hewan kurban seperti ketika Nabi Ibrahim diperintahkan Allah untuk menyembelih puteranya Ismail.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:48
Karena ketaatannya kepada Allah maka Nabi Ismail dengan ikhlas segera mempersilakan ayahnya untuk menyembelihnya. Kemudian Allah menukarnya dengan seekor domba besar sebelum pisau Nabi Ibrahim menyentuh leher puteranya Ismail.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:49
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni’mat yg banyak. Maka dirikanlah salat krn Tuhanmu dan sembelihlah hewan . Sesungguhnya orang-orang yg membenci kamu dialah yg terputus
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:49
Pemberian ni’mat oleh Allah kepada manusia tak terhingga. Anak isteri dan harta kekayaan adl sebagian ni’mat dari Allah. Kesehatan dan kesempatan juga ni’mat yg sangat penting.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:49
Manusia juga diberi ni’mat pangkat kedudukan jabatan dan kekuasaan. Segala yg dimiliki manusia adl ni’mat dari Allah baik berupa materi maupun non materi.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:50
Namun bersanmaan itu pula semua ni’mat tersebut sekaligus menjadi cobaan atau ujian fitnah atau bala? bagi manusia dalam kehidupannya.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:50
Allah berfirman ….Dan ketahuilah bahwasanya harta kekayaanmu dan anak-anakmu adl fitnah . Dan sesungguhnya Allah mempunyai pahala yg besar untuk itu.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:51
Meskipun Allah memberikan ni’mat-Nya yg tak terhingga kepada manusia tetapi dalam kenyataan Allah melebihkan apa yang diberikan kepada seseorang daripada yg lain.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:51
Sehingga ada yg kaya raya cukup kaya miskin bahkan ada yang menjadi seorang papa gelandangan berteduh di kolong langit. Demikian juga ada yg menjadi penguasa ada yg rakyat jelata.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:51
Ada pimpinan/ kepala dan ada bawahan / anak buah. Ini semua juga dalam rangka cobaan bagi siapa yang benar-benar mukmin dan siapa yg hanya mukmin di bibir saja.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:53
Sehingga bagi orang demikian akan memperoleh haji yg mabrur. Sedang haji mabrur pahalanya hanyalah surga sebagaimana sabda Nabi SAW …Orang yg dapat mencapai haji yg mabrur tiada pahala yg pantas baginya selain surga…
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:53
Betapa gembira dan bahagianya orang kaya yg dapat mencapai haji mabrur demikian.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:53
Belum lagi jika ia sempat salat berjamaah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi maka tiada terkira lagi pahalanya.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:54
Namun ini konteksnya adl orang yang kaya. Sedang orang yg tidak mampu / miskin tidak perlu berkecil hati.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:55
Bagi kita yg tidak mampu maka konteksnya terkandung dalam hadis Nabi SAW berikut “Hajinya orang yg tidak mampu adalah berpuasa pada hari Arafah
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:55
Itulah maka sangat disayangkan bila di antara kita ada yg menyia-siakan kesempatan dari Allah yakni tidak mau berpuasa pada tanggal 9 Zul Hijjah yg disebut puasa Arafah itu.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:52
Salah satu bukti bahwa seorang mukmin telah lulus cobaan dalam ni’mat harta kekayaan adl ia dgn ikhlas mengunakannya utk ibadah haji.
Reply
Cobaan tentang harta kekayaan juga berkaitan dgn pelaksanaan ibadah udhiyah yakni menyembelih hewan yang terkenal dgn hewan qurban di hari raya.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:56
Karena pada hari ini Allah mensyariatkan utk ber-udhiyah {menyembelih hewan} maka hari raya ini disebut dgn hari raya Adha wa biha sumiya yaumal-adha.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:56
Demikian juga penjelasan Rasulullah SAW ?Hari raya fitrah adl pada hari manusia berbuka menyudahi puasa Ramadan. Sedangkan hari raya Adha adl pada hari manusia ber-udhiyah
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:56
Maka salah satu bukti lagi bahwa seseorang lulus dari cobaan harta adl ia dgn ikhlas mau mengunakannya untuk ber-udhiyah baik itu berupa sapi kerbau maupun kambing.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:57
Ini tergantung pada kemampuan masing-masing. Seekor kambing boleh digunakan utk satu orang beserta keluarga seisi rumahnya. Sedang sapi / kerbau boleh utk tujuh orang beserta keluarga seisi rumah mereka masing-masing.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:57
Daging sembelihan ini termasuk syiar agama yakni utk dimakan menjamu tamu diberikan kepada yg meminta atau yg tidak meminta {orang mampu}. Daging ini juga boleh disimpan utk dimakan hingga hari tasyrik .
Reply
Kelulusan Ibrahim tidak hanya dalam melaksanakan perintah Allah tetapi juga dalam kebijaksanaannya menyampaikan perintah itu kepada anaknya yg sangat dicintainya.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:58
Beliau tidak langsung mengambilnya tiba-tiba dan tidak pula mencari kelengahan atau dgn taktik menculik teror dan intimidasi. Meskipun Ibrahim memiliki massa yg banyak tetapi beliau tidak menggunakan massa agar anaknya bertekuk lutut di hadapannya.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:59
Sedangkan Ismail anak yg patuh dan mengerti kedudukan orang tuanya dan posisinya sebagai anak ia tidak membangkang dan tidak bimbang. Ismail memberikan jawaban yg memancarkan keimanan tawaddu, dan tawakkal kepada Allah bukan utk menonjolkan kepahlawanan atau kegagahan mencari popularitas.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:59
Ia tidak melakukan unjuk rasa yang konfrontatif tanpa mengindahkan akhlakul karimah atau dgn kekerasan utk memprotes kehendak bapaknya.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 13:59
Sungguh dua tokoh bapak dan anak ini merupakan uswah hasanah bagi umat manusia. Bahkan syariat Nabi Muhammad SAW merupakan syariat yg dulunya telah diwahyukan Allah kepada Ibrahim .
Reply
Menyadari kembali bahwa makhluk yg namanya manusia ini adl kecil belaka betapapun berbagai kebesaran disandangnya. Inilah makna kita mengumandangkan takbir Allahu akbar !
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:00
Menyadari kembali bahwa tiada yg boleh di-Tuhankan selain Allah. Menuhankan selain Allah bukanlah semata-mata menyembah berhala seperti di zaman jahiliah.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:01
Di zaman globalisasi ini orang dapat menuhankan tokoh lebih-lebih lagi si Tokoh itu sempat menjadi pucuk pimpinan partainya menjadi presiden/wakil presiden atau ketua lembaga perwakilan rakyat.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:01
Orang sekarang juga cenderung menuhankan politik dan ekonomi. Politik adalah segala-galanya dan ekonomi adl tujuan hidupnya yg sejati.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:01
Bahkan HAM menjadi acuan utama segala gerak kehidupan sementara HATI diabaikan. Inilah makna kita kumandangkan kalimah tauhid La ilaha illallah !
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:02
Menyadari kembali bahwa pada hakikatnya yg memiliki puja dan puji itu hanyalah Allah. Maka alangkah celakanya orang yg gila puja dan puji sehingga kepalanya cepat membesar dadanya melebar dan hidungnya bengah bila dipuji orang lain.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:02
Namun segera naik pitam wajah merah dan jantung berdetak melambung bila ada orang yang mencela mengkritik dan mengoreksinya. Inilah makna kita kumandangkan tahmid Wa lillahil-hamd !
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:02
Menyadari kembali bahwa manusia ini ibarat sedang melancong atau bepergian yg suatu saat rindu utk pulang ke tempat tinggal asal yakni tempat yg mula-mula dibangun rumah ibadah bagi manusia Ka’bah Baitullah.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:03
Inilah salah satu makna bagi yg istita’ah tidak menunda-nunda lagi berhaji ke Baitullah.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:03
Di sini pula manusia disadarkan kembali bahwa pada hakikatnya manusia itu satu keluarga dalam ikatan satu keimanan.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:04
Siapa pun dia dari bangsa apapun adl saudara bila ia mukmin atau muslim. Tetapi bila seseorang itu kafir adl bukan saudara kita meskipun dia lahir dari rahim ibu yg sama.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:04
Maka orang yg pulang dari haji hendaknya menjadi uswah hasanah bagi warga sekitarnya tidak membesar-besarkan perbedaan yg dimiliki sesama muslim terutama dalam hal yg disebut furu’iyah.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:05
Menyadari kembali bahwa segala ni’mat yg diberikan Allah pada hakikatnaya adl sebagai cobaan atau ujian. Apabila ni’mat itu diminta kembali oleh yg memberi maka manusia tidak dapat berbuat apa-apa.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:05
Hari ini jadi konglomerat esok bisa jadi melarat dgn hutang bertumpuk jadi karat. Sekarang berkuasa lusa bisa jadi hina tersia-sia oleh massa.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:06
emaren jadi kepala kantor dgn mobil Timor entah kapan mungkin bisa jadi bahan humor krn naik sepeda bocor. Sedang ni’mat yg berupa harta hendaknya kita ikhlas utk berinfaq di jalan Allah seperti utk ber-udhiyah .
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:06
Percayalah dalam hal harta apabila kita ikhlas di jalan Allah niscaya Allah akan membalasnya dgn berlipat ganda.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:07
Tetapi jika kita justru kikir pelit tamak bahkan rakus tunggulah kekurangan kemiskinan dan kegelisahan hati selalu menghimpitnya.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:07
Akhirnya semoga ..Idul Adha dgn berbagai ibadah yg kita laksanakan sekarang ini dapat membangunkan kembali tidur kita . Kemudian kita berihtiar lagi sekuat tenaga utk memperbanyak amal saleh sebagai pelebur amal-amal buruk selama ini. Amin !
Reply
Komentar diatas sebagian saya sadur dari Buku Fiqih Islam Oleh Drs. Syafi’i Salim Al-Islam – Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:10
Ketika kita diberi nikmat oleh Allah SWT, apakah berupa harta, jabatan, keluarga dan waktu sekaligus dalam hidup ini, apakah kita pernah mengorbankannya?
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:10
Janganlah terlalu terbebani dengan kata “Kurban”. Apalagi buat blogger yang belum ada penghasilan tetap. He.he.he.. atau yang masih skul. Apa salahnya di coba saja berkorban sesuatu yang bisa kita jangkau. Misal, berkorban untuk menyisihkan waktunya.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:11
Berkorban waktu tuk blogwalking demi silaturahmi yang ikhlas?
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:11
Korban waktu demi berbagi ilmu dan kebaikan antar sesama blogger. Iya ngga.? Kan berkorban juga namanya…
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:11
Untuk menulis sesuatu yang bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun untuk orang lain. Menulis apa saja yang mengandung Hikmah.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:12
Dengan ngeblog bebas dan bisa menulis apa saja, namun dari tulisan atau artikel yang Anda buat alangkah lebih bijak kalau di selipkan tips atau trik, pengalaman pribadi atau kejadian yang bisa dijadikan hikmah, dijadikan renungan bagi diri sendiri dan orang lain.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:12
Ngga perlu terlalu jauh berpikir, tuk mengorbankan sesuatu yang nilainya tinggi dan muluk – muluk. Walaupun hanya kecil saja nilainya, tapi dikerjakan dengan ikhlas, mudah – mudahan Allah ridho, karena dalam ajaran islam, tidak ada yang sulit, semua dipermudah, tapi salah lagi kalo di mudah – mudah kan.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:12
Banyak cara dan langkah dalam berkurban, dengan menulis tips dan trik serta artikel pencerahan yang sangat membantu sesama pun sudah cukup. Contohnya seperti Blog Kang Alwi ini
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:13
Jadi berbagi rasa dan sharing pendapat, menyiapkan Waktu Untuk Blogwalking juga termasuk kurban kecil – kecilan ala blogger.
Reply
Bang Iwan Reply:6-06-2010 at 14:13
Semakin sibuk kadang semakin tidak ada waktu untuk jalan jalan ke blog tetangga, ini bagian dari proses silaturahmi yang tentu akan memperbanyak wawasan, menambah ilmu, pengalaman, banyak teman, dan efeknya akan banyak trafik.
Reply
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni’mat yg banyak. Maka dirikanlah salat krn Tuhanmu dan sembelihlah hewan . Sesungguhnya orang-orang yg membenci kamu dialah yg terputus?
Reply